Selasa, 13 Desember 2011

Hari Yang Aneh


Pengaruh globalisasi memang sudah tidak bisa dikontrol lagi. Anak sekecil apa juga, kalo diajak ngomongin cinta pasti ngerti. Ckckck. Dasar anak-anak.
Saya punya pengalaman menarik tentang anak kecil yang kayaknya kecepetan puber. Waktu itu saya di semester satu. Masih zaman-zamannya pengkaderan a.k.a ospek. Saya masih ingat bagaimana capeknya pulang kuliah sore, trus harus lanjut pengumpulan di fakultas buat mendengar celoteh senior-senior tentang pengkaderan. Habis maghrib baru selesai.
Lagi capek-capeknya tuh. Jadinya manyun terus di angkot. Kepikiran tugas pengkaderan yang harus dikumpul besoknya, trus ada juga tugas kuliah yang belum selesai, ditambah lagi TP lab yg blom kukerjakan. Padahal sudah jam 8. Dan saya masih jauh dari rumah.

Sabtu, 03 Desember 2011

Ketika Kesempatan Tak Bertemu dengan Kesiapan


Pernah dengar gak kata-kata seperti ini??
“Keberuntungan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan”
Ya, keberuntungan. Kita pasti pernah mengalaminya di mana saja. Namun, ada kalanya saat kesempatan itu muncul, kita justru tak memiliki kesiapan apa-apa. Apakah itu bisa disebut kesialan? Hm.. Sebagian dari kita pasti berpikiran begitu. Kalau saya pribadi, menganggap ketidaksiapan itu sebagai pelajaran hidup yang bisa dipetik hikmahnya, kemudian akan saya bagi kepada orang-orang.
Saya pernah mengalami kejadian yang tidak bisa saya lupakan. Ini ada hubungannya dengan ketidaksiapan saya untuk menolong orang.
Kejadiannya ketika saya masih di semester 2. Waktu itu saya bermaksud berangkat kuliah. Saya naik angkot dari depan rumah. ±5 menit kemudian, angkot berhenti di Pasar Batangase untuk mencari penumpang. Saya melihat-lihat di depan pasar, apakah ada penumpang yang hendak naik. Lalu saya melihat orang itu. Baru saja turun dari angkot jurusan Kariango-Pasar Batangase. Seorang pemuda berbaju putih krem yang tampak aneh. Dia terus saja melihat ke sekeliling dengan tatapan gelisah. Sesekali dia melihat ke arah secarik kertas yang ada dalam genggamannya. Kemudian dia menghampiri angkot yang saya tumpangi dan berbicara dengan pak sopir dengan nada yang saangatt sopan.