Di mimpi itu saya seperti kembali ke masa-masa SMA. Dimana saya harus menghapalkan berbagai macam materi tentang Biologi. Yah, semasa SMA saya memang sering ikut lomba2 yg ada kaitannya tentang Biologi, sehingga siang malam saya akan membaca kembali semua materi sampai kepala rasanya mau meledak. Tapi di mimpiku tadi pagi ada yang aneh. Ada Bapak di sana.
Saya sering mendengar cerita dari
kakak-kakak, bahwa semasa kecil mereka sering disuruh menghapalkan tabel perkalian
di depan Bapak. Bahkan sampai mereka menangis. Saya sering berharap saya juga
mempunyai memori seperti itu. Tapi yg mengajari saya belajar bukanlah Bapak
saya, melainkan kakak-kakak saya.
Lalu apa hubungannya dengan mimpi saya
tadi pagi? Di mimpi saya itu, saya harus menghapalkan ulang materi biologi yang
sudah saya pelajari di depan Bapak. Sebuah memori yang sangat ingin saya alami
sendiri, saya alami di mimpi ini.
Saya masih ingat materi yang saya
pelajari itu tentang lumut. Bahkan saya ingat dengan jelas, bahwa di mimpi itu
saya menggunakan buku biologi tua punya kakak yang bergambar lumut hitam-putih.
Kemudian saya ingat, saya mulai merapalkan materi yang sudah saya pelajari di
depan Bapak. Tiba-tiba saya mulai lupa materi yang pelajari, mulut saya
menggumamkan hal yang tidak jelas, kemudian Bapak menegur saya. Saya kurang
ingat apa yang Bapak katakan. Tapi yang saya tahu, Bapak mengeluh bahwa saya
akan jadi apa nantinya, lalu saya jawab tidak tahu. Kemudian Bapak bertanya
lagi, apa sebenarnya yang saya inginkan. Dan saya menjawab “Aku cuma ingin
hidup tenang”.
Kemudian saya terbangun. Bukan terbangun
sebenarnya, tapi dibangunkan Mama karena disuruh bikin kue. Saya sudah akan meneteskan
air mata ketika Mama berteriak lagi karena saya tidak kunjung bergerak. Maaf,
Mama. Bukan keinginanku untuk mengidap anemia, yg tidak bisa langsung bergerak
normal saat baru bangun. Saat bikin kue (panada dan donat) saya sempat melamun
lagi soal mimpi itu. (FYI nih, saya bikinnya sendiri. Si kakak cewek masih
tidur, dan Mama sibuk berdandan mau keluar).
Saya sadar, bahwa kehidupanku memang
sangat jauh dari “tenang”. Dan yang paling berperan dalam ke-tidaktenang-an ini
tidak lain adalah Mama. Ya. Ada saja yang dilakukan yang membuat saya ingin
berteriak, kabur dari rumah, bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri
(Astagfirullah). Tapi saya tidak berani. Banyak hal yang saya takutkan.
Kalau saya berteriak, saya takut Mama
malah akan menambah panjang omelan-omelan menyakitkan. Ya, Mama kalau marah
memang selalu menyakitkan hati. Kata-kata itu bahkan tidak pernah terpikirkan
oleh kamu. Tidak, bahkan jika kamu sudah mengenal Mama saya.
Kalau saya kabur dari rumah, saya mau
pergi kemana? Ke rumah teman? Saya takut merepotkan teman-teman. Dan saya juga
tidak mau teman-teman bertanya terlalu banyak. Saya tidak suka kehidupan
pribadi keluarga saya dicampuri terlalu banyak. Toh, mereka bukan keluargaku.
Kalau saya mencoba bunuh diri, saya
takut rasanya menyakitkan. Dan yang paling utama adalah saya takut neraka. Saya
takut kepada Allah swt. Itu saja.
Lalu, apa yang saya lakukan? Semua yang
dilakukan perempuan ketika tidak sanggup lagi menahan beban masalahnya. Menangis.
Saya tidak tahu berapa kali saya sembunyi di sudut ruang tamu (tertutupi oleh
sofa2 itu), atau di kamar mandi, atau sambil pura-pura tidur.
Saya ingat saya pernah menangis meraung-raung
seperti orang yang sangat kesakitan. Saya mengunci kamar. Dan melempar
barang-barang. Tentu saja tidak ada yang tahu. Waktu itu cuma ada Tante
dirumah. Entahlah kalau dia mendengar saya. Sepertinya sih dia tidak tahu,
karena dia tidak berkomentar apa-apa saat saya keluar. Kalaupun dia tahu,
berarti dia bersedia untuk diam saja tanpa ikut campur. Dan saya berterima
kasih padanya jika memang seperti itu.
Kata-kataku dalam mimpi itu “Aku cuma
ingin hidup tenang”. Yah, aku benar-benar ingin hidup tenang. Menjauh dari
keluargaku yang aneh. Yang semakin hari terlihat semakin tertekan, entah karena
apa. Entah sejak kapan jadi seperti ini. Apa setelah Bapak meninggal? Jika itu
benar, maka keberadaan Bapak dalam mimpiku juga bukan suatu kebetulan bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar